WordPress bukan satu-satunya platform untuk membuat website. Ada begitu banyak platform atau content management system (CMS) lain yang bisa Anda gunakan.
Itu mengapa, kami berusaha memperkenalkan CMS lain dengan menulis artikel perbandingannya dengan WordPress. Misalnya saja seperti Wix vs WordPress atau Weebly vs WordPress.
Nah, di artikel kali ini, kami ingin memperkenalkan salah satu CMS yang sangat terkenal di kalangan developer, Drupal. Supaya bisa dibandingkan dengan adil, kami membagi perbandingan Drupal vs WordPress dalam enam aspek, yaitu:
Jadi, apalagi yang ditunggu? Yuk gaskeun.
Drupal dan WordPress sama-sama masuk dalam tiga besar content management system (CMS) yang paling banyak digunakan. WordPress masih menempati posisi pertama sebagai yang terpopuler. Drupal, di sisi lain, ada di posisi ketiga tepat di bawah Joomla.
Sebelum bicara banyak tentang fitur, ada baiknya untuk tahu latar belakang kedua CMS paling populer ini.
Anda mungkin sudah sering dengar soal WordPress. Tapi bagaimana dengan Drupal?
Drupal memang tak sebesar WordPress dalam hal jumlah user. Meski begitu, keberadaannya tetap jadi primadona bagi sebagian pengguna internet. Terutama, user dari kalangan developer.
Bicara soal jumlah, hanya 1,8 persen web di dunia yang menggunakan Drupal. Ini sama artinya dengan 1,37 juta pengguna Drupal. Dengan jumlah pengguna sebanyak itu, 3,2 persen pasar CMS dunia yang dimiliki Drupal.
Dari statistik di atas, wajar kalau tak banyak yang tahu Drupal muncul lebih dulu daripada WordPress. CMS satu ini pertama kali dirilis secara beta pada tahun 2000. Lalu, setahun kemudian dirilis ke khalayak dalam bentuk software open source.
Dengan format yang sama seperti kompetitornya, WordPress, Drupal tak mematok harga untuk siapapun yang ingin menggunakan software-nya. Anda pun bisa mendownload, menggunakan, dan menyebarkan software tersebut secara bebas.
Selain sebagai CMS yang mudah digunakan, Drupal juga mengklaim dirinya sebagai web application framework. Ini artinya, Drupal mendukung pembuatan aplikasi web. Termasuk di dalamnya adalah website, transfer data, dan application programming interface (API).
Beberapa website yang menggunakan Drupal sebagai CMS, antara lain:
Seharusnya, Anda lebih familiar dengan WordPress. Platform satu ini menyediakan CMS secara open source. Sama seperti “kakak tuanya” ━ Drupal ━ WordPress membolehkan Anda untuk mendownload, menggunakan, dan mengembangkan software secara bebas.
Dilengkapi tampilan elegan dan penggunaan yang intuitif, tak heran kalau CMS satu ini memiliki banyak penggemar. Terdapat 60 juta website yang dibuat menggunakan WordPress. Jumlah ini setara dengan 34,5 persen jumlah web di dunia.
Berbeda dengan Drupal, WordPress nampak memiliki visi sosial yang jelas. Lewat motto Democratize Publishing, Matt Mullenweg berpendapat siapa saja bisa membuat konten secara bebas. Tak seperti dulu, di mana seseorang perlu punya mesin ketik dan mesin cetak untuk memproduksi konten.
Setelah tahu gambaran besar tentang Drupal dan WordPress, tanpa banyak basa-basi lagi, mari bahas perbandingan fitur di antara kedua CMS ini.
Di tahap awal, Anda wajib memiliki hosting dan domain. Keduanya memastikan Anda bisa memiliki web yang diakses oleh pengguna internet.
Hosting merupakan server yang dipakai untuk menyimpan data web. Data apapun berkaitan soal web, entah itu konten, gambar, audio, dan informasi lain ditempatkan di hosting. Domain, di sisi lain, berfungsi sebagai alamat yang dipakai untuk mengakses situs itu sendiri.
Baru setelah kedua hal itu dipunyai, Anda bisa melanjutkan langkah dengan instalasi CMS.
Instalasi Drupal ke web bisa dilakukan secara manual maupun otomatis. Kalau Anda memiliki kemampuan teknis, bisa saja Anda lakukan instalasi manual. Akan tetapi, kalau Anda masih awal-awal menggunakan Drupal, kami sarankan untuk menginstal secara otomatis.
Instalasi otomatis bisa dilakukan lewat cPanel. Ketika Anda sudah masuk ke cPanel, coba cari Softaculous Apps Installer. Lalu cari CMS Drupal dan klik Install.
Sama juga dengan Drupal, ada dua pilihan instalasi WordPress: manual dan otomatis. Cara install otomatis tentu saja lebih mudah dan memang kami rekomendasikan. Hanya saja, cara install otomatis WordPress tidak melulu terpaku pada Softaculous Apps Installer.
Kalau Anda melakukan order hosting dan domain lewat Niagahoster, Anda bisa mendapatkan website WordPress dalam sekali klik. Anda tinggal pastikan untuk centang pilihan Gratis Auto Install Website WordPress sebelum melakukan checkout order.
Seberapa mudah CMS yang Anda pakai dioperasikan? Itu pertanyaan yang tak boleh terlewat untuk dijawab. Semakin mudah dipakai, semakin efisien Anda mengatur web dan mengisi konten di dalamnya.
Sebaliknya, ketika CMS sulit sekali dioperasikan, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk urusan teknis. Padahal kan, harusnya Anda menghabiskan waktu untuk membuat konten pengisi web. Sepakat, kan?
Makanya di sini, kami akan bandingkan keunggulan Drupal vs WordPress dalam aspek kemudahan penggunaan.
Setelah instalasi Drupal selesai, Anda akan dihadapkan pada halaman Configure Site. Anda hanya perlu mengisi informasi singkat seputar web yang ingin dibuat. Beberapa dari info yang dibutuhkan adalah nama website, email, username, dan password.
Baru setelah kesemua data diisi, Anda bisa masuk ke halaman pengaturan web. Halaman ini sebetulnya bisa dibilang persis seperti Dashboard milik WordPress.
Terdapat delapan menu utama dalam pengaturan website berbasis Drupal. Berikut penjelasan masing-masing menu yang dimaksud:
Drupal sebetulnya sangat mudah digunakan. Pengaturan dan penambahan konten bisa dilakukan dalam beberapa kali klik. Pun, opsi pengaturannya sudah cukup banyak.
Namun, opsi pengaturan ini tetap kurang fleksibel. Dibandingkan CMS lainnya, Drupal masih terkesan kaku karena interface terasa jadul.
Kalau Anda menginginkan kustomisasi yang lebih fleksibel, Anda bisa menggunakan software bernama Drush. Namun, untuk menggunakannya, tentu saja Anda perlu memahami bahasa pemrograman.
Pembuatan akun dilakukan persis sebelum instalasi WordPress. Sehingga ketika instalasi sukses, Anda tinggal memasukkan username dan password untuk masuk ke Dashboard WordPress. Tampilan Dashboard kurang lebih nampak seperti di bawah:
Di sebelah kiri, Anda akan menemukan berbagai menu. Menu-menu inilah yang akan membantu Anda mengatur keseluruhan konten, tampilan, dan fungsi web.
Tergantung dari jumlah plugin yang diinstall, jumlah menu ini juga bisa berubah. Semakin banyak plugin yang diinstall, semakin banyak pula jumlah menu yang ditambahkan. Namun, secara default, menu-menu di bawah inilah yang pasti Anda jumpai:
Tampilan menu dan urutannya juga bisa Anda sesuaikan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan pengaturan dengan lebih mudah dan efisien.
Desain dan tampilan visual adalah bagian vital dalam website. Bagaimana tidak? Bagi orang yang pengunjung web, inilah bagian satu-satunya yang meninggalkan kesan dan bisa mereka komentari. Makanya tak heran kalau 75 persen menilai kredibilitas perusahaan atau instansi desain webnya.
Pada bagian ini, Anda akan mendapati perbandingan fitur kustomisasi tampilan Drupal dan WordPress. Ragam pilihan tema, aspek teknis, dan cara instalasi juga turut dibahas di bawah.
Meski tak sebanyak WordPress, Drupal juga memiliki pilihan tema yang beragam. Setidaknya hampir 2800 tema tersedia di direktorinya. Kesemua tema tersebut bisa diakses melalui web Drupal > Build > Download & Extend > Themes atau bisa juga Drupal > Build > Themes.
Berbeda dengan tema WordPress yang menitikberatkan pada tampilan, Drupal punya banyak aspek penting pada temanya. Itu mengapa, Anda akan disodori berbagai opsi ketika mencari tema. Beberapa opsi tersebut termasuk:
Dengan opsi sebanyak itu, Anda tentunya bisa menemukan tema yang pas dengan keinginan dan kebutuhan. Hanya saja, pastikan Anda memilih tema yang sesuai dengan kemampuan teknis dan coding yang dipunya. Dengan begitu, Anda takkan kesulitan untuk kustomisasi selanjutnya.
Di samping opsi kustomisasi dengan coding, Drupal tak menutup cara settings yang lebih sederhana. Setelah tema terinstal sempurna, Anda tinggal menuju Home > Administration > Appearance > Appearance settings dan klik tab sesuai nama tema yang diisntall. Di situlah Anda bisa kustomisasi skema warna, elemen halaman, logo, dan favicon.
WordPress punya segudang tema yang bisa dipilih untuk mengubah tampilan website. Baik yang gratis maupun berbayar, Anda bisa mendapatkannya secara mudah melalui Theme Directory WordPress. Selain itu, ada juga platform jual beli tema WordPress seperti Themeforest, Etsy, CodeCanyon, Mojo Marketplace, dan lain sebagainya.
Meski banyak pilihannya, instalasi lewat Theme Directory masih jadi cara termudah. Untuk itu, Anda hanya perlu membuka Dashboard > Appearance > Themes. Lalu klik tombol Add New di pojok atas halaman dan cari tema yang sesuai dengan keinginan. Langsung klik tombol Install pada tema yang diincar.
Untuk instalasi tema dari luar WordPress, sebetulnya juga hampir sama caranya. Akan tetapi, alih-alih memilih tema bawaan, Anda perlu mengklik tombol Upload Theme. Seketika opsi upload akan muncul. Anda kemudian hanya perlu upload tema dalam ekstensi .zip dan klik Install.
Baru setelah tema terinstal, Anda bisa melakukan kustomisasi dengan lebih lengkap. Pada dasarnya, setiap tema punya opsi kustomisasi yang berbeda. Beberapa tema membolehkan Anda ikut mengubah lewat Cascading Style Sheets (CSS). Beberapa yang lain hanya mengijinkan pengubahan tampilan berdasarkan opsi yang tersedia.
Supaya bisa mengubah tampilan sambil melihat preview web, Anda bisa klik Appearance > Customize. Dari situ, Anda bisa mengklik opsi yang disediakan dan melihat bagaimana opsi itu mengubah tampilan web. Ketika Anda menyukai tampilan yang dibuat, Anda tinggal simpan. Namun, jika tak berkenan, tinggal tinggalkan halaman.
Anda juga bisa tambahkan plugin page builder pada website WordPress. Plugin macam ini mengaktifkan fitur kustomisasi front end pada web. Prinsipnya kurang lebih sama dengan menu Customize pada WordPress. Hanya saja, Anda tak perlu bergantung pada opsi kustomisasi di sebelah kiri halaman.
Sebagai gantinya, Anda tinggal tarik dan letakkan elemen desain yang diinginkan. Bisa juga klik elemen desain yang diinginkan dan ubah sesuai dengan keinginan.
Setiap CMS didesain untuk punya spesialisasi konten. Satu CMS mungkin sengaja didesain untuk memamerkan konten visual macam foto ataupun video. Lalu CMS yang lain sengaja dibuat untuk tujuan yang lebih kompleks.
Di sini, kami akan bedah konten macam apa yang cocok untuk Drupal dan WordPress. Kecocokan antara konten dan CMS akan membuat pekerjaan Anda lebih mudah. Pun, konten dan fungsi web bisa benar-benar tersampaikan dengan baik.
Beragam. Itu respons yang muncul ketika orang ditanya bagaimana rasanya menggunakan Drupal. Beberapa orang mengatakan Drupal sebagai CMS yang powerful dan fleksibel. Namun, beberapa yang lain juga mengatakan bahwa Drupal itu kompleks.
Anggapan yang bermacam ini memaksa Drupal untuk memikirkan fokus yang ditawarkan produknya. Singkat cerita, Drupal menyebut dirinya mewujudkan pengalaman digital yang ambisius atau ambitious digital experience.
Maka dari itu, Drupal tak membatasi dirinya hanya sebagai publisis konten. Ia juga dipakai sebagai kios digital, hosting aplikasi mobile, dan pendukung komunikasi berbasis chat. Dengan fitur keamanan, cakupan luas, dan kemudahan manajemen konten ━ tak heran CMS ini dijadikan pilihan oleh website institusi kelas dunia.
Drupal juga percaya pada kolaborasi. Ia menganggap bahwa konten hebat merupakan hasil kontribusi dari setiap anggota tim. Visi ini pula yang diwujudkan Drupal dalam sistem administrator dan akun. Setiap akun di web Drupal bisa memiliki beberapa peran sekaligus. Misalnya, penulis sekaligus editor. Ini pula yang membuat Drupal memiliki sistem kerja (workflow) yang jelas.
Maka dari itu, Drupal sangat cocok dipakai untuk situs berkapasitas konten dan user yang besar. Media online, situs majalah, dan jurnal akademik adalah beberapa jenis web yang baiknya menggunakan Drupal sebagai CMS-nya.
Sempat disinggung sebelumnya, WordPress mengusung visi Democratize Publishing. WordPress memungkinkan setiap orang bisa memproduksi konten dengan cepat dan mudah. Jadi, tak heran kalau user interface dan fitur yang ditawarkan mendukung itu semua.
Menu seperti Posts, Media, Pages, dan Comments mendukung publikasi konten dengan simpel. Baru kemudian menu seperti Plugin dan Appearance fokus ke tampilan dan fungsi web.
Dibandingkan Drupal, sistem administrator di WordPress masih lebih sederhana. Memang setiap user memiliki peran masing-masing. Misalnya seperti administrator, author, editor, contributor, subscriber, customer, dan sebagainya.
Namun, workflow WordPress tidak sejelas Drupal. Masing-masing user dengan role tertentu bisa membuka Dashboard dengan fitur yang dibatasi. Dengan begitu, administrator lah yang menjalankan fungsi untuk mengatur workflow supaya jelas.
CMS tidak dibekali fitur super lengkap. Ini dilakukan bukan tanpa alasan. Setiap website memang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Daripada mematok fitur lengkap tapi kadung tak digunakan, lebih baik kalau Anda bisa menambahkan fitur sesuai dengan keinginan.
Pada bagian ini, Anda akan melihat perbandingan Drupal vs WordPress dari sisi fitur tambahan. Seberapa banyak pilihan fitur tambahan yang ditawarkan? Seberapa mudah fitur tersebut ditambahkan? Pertanyaan tersebut akan dijawab di bawah ini.
Anda bisa menambahkan fitur di web Drupal dengan menginstal modules. Untuk beberapa modules penting sudah tersedia secara otomatis di Home > Administration > Extend. Setidaknya ada enam kategori modules yang tersedia, yaitu core, core (experimental), field types, migration, multilingual, dan web services. Anda tinggal mencentang daftar fitur yang diinginkan untuk menambahkannya ke web.
Selain modules yang tersedia di web, Anda juga bisa menambahkan modules dari direktori Drupal. Tepatnya Anda perlu mengakses website Drupal > Build > Download & Extend > Modules atau Drupal > Build > Modules. Di sana terdapat lebih dari 43.000 modules yang tersedia.
Sama halnya dengan tema Drupal, modules juga memiliki spesifikasi yang detail. Untuk mencari modules yang sesuai, Anda bisa masukkan kepingan informasi seperti maintenance status, development status, kategori modul, compatibility, dan lainnya.
Untuk instalasi modules dari direktori, Anda hanya perlu mengakses Home > Administration > Extend. Kemudian klik tombol + Install new module. Beberapa saat kemudian, Anda akan mendapati halaman instalasi dengan dua opsi.
Opsi pertama, yaitu instalasi via URL. Lalu opsi kedua adalah instalasi melalui upload file. Keduanya sama-sama mudah dilakukan. Baru setelah instalasi selesai, Anda bisa melakukan konfigurasi lengkap pada modules.
Plugin bisa memberikan fungsi tambahan pada website WordPress. Apa pun itu yang Anda butuhkan. Coba saja sebutkan. Perlindungan keamanan website? broken link checker? Page builder? Optimasi gambar? SEO? Semua itu bisa ditambahkan dengan menginstal plugin.
Sebagai CMS berbasis open source, wajar saja kalau plugin yang ditawarkan bukan hanya satu atau dua. Tapi puluh ribuan! Tepatnya, 55.214 plugin. Dengan jumlah sebanyak itu, Anda bisa menemukan tak hanya satu tapi banyak pilihan untuk satu jenis fitur.
Plugin yang dipakai pun bisa diinstal lewat dua cara. Pertama, melalui menu Plugins > Add New. Lalu cari plugin yang dibutuhkan, klik tombol Install Now, tunggu beberapa saat, dan klik kembali tombol Activate.
Kedua, yaitu lewat upload plugin secara manual. Caranya sebetulnya sama saja. Tinggal kunjungi menu Plugins > Add New > Upload plugin. Kemudian pilih file dalam ekstensi .zip dan klik tombol Install Now.
Manapun cara yang Anda pilih, keduanya sama-sama mudah.
Keamanan adalah aspek yang tak boleh luput dari pertimbangan Anda ketika memilih CMS. Sebab, apa artinya memiliki website tapi celah keamanannya banyak?
Pertama, Anda bisa kehilangan kontrol atas web Anda sendiri. Dengan mudahnya, hacker meretas dan mengambil alih situs yang sudah Anda bangun. Belum lagi kalau ternyata data personal Anda diambil dan disalahgunakan.
Kedua, Anda bisa kehilangan reputasi di mata Google. Google mempertimbangkan aspek keamanan web untuk menentukan ranking hasil pencarian. Ketika web Anda saja sudah tak aman, ya jelas saja kalau ranking web di mesin pencarian akan segitu-segitu saja.
Dibandingkan WordPress, Drupal bisa digolongkan sebagai CMS yang aman. Dalam sebuah survei keamanan web, hanya sekitar 2 persen website berbasis Drupal yang ditemukan bermasalah.
Drupal juga memiliki lapisan-lapisan keamanan yang mumpuni. Untuk akses keamanan saja, ia dilengkapi dengan sistem enkripsi (pengacakan) password secara terus menerus. Password yang dimasukkan juga harus memiliki panjang tertentu, tingkat kompleksitas tertentu, dan dimasukkan dalam rentang waktu tertentu. Tak lupa ada 2-factor authentication memastikan website Anda takkan dijebol orang lain.
Sistem enkripsi tak hanya berlaku untuk password saja. Segala informasi penting dan personal juga terenkripsi dengan baik. Ini membuat semua data dan informasi yang tersimpan di web tak bisa digunakan pihak yang tak bertanggung jawab.
Di samping itu semua, Drupal dilengkapi dengan brute force detection, mitigasi denial of service (DoS) attacks, dan perlindungan dari entri data yang mencurigakan.
Secara default, WordPress merupakan CMS yang memiliki celah keamanan paling rentan. Hal ini pun ditunjukkan dalam sebuah survei keamanan CMS. Di mana 74-78 persen website WordPress dilaporkan terinfeksi virus atau punya kemungkinan diretas lebih tinggi. Maka, website WordPress umumnya sangat bergantung dengan tambahan plugin keamanan.
Baca: 10+ Plugin Security WordPress Terbaik dan Gratis
Menariknya, risiko keamanan WordPress juga data dari sisi internal. Setiap elemen seperti tema dan plugin bisa membuka celah keamanan ketika tidak diperbaharui. Begitu juga dengan versi WordPress yang kadung tak lekas di-update.
Itu mengapa penting bagi Anda untuk terus memastikan tema, plugin, dan versi WordPress selalu update. Jika perlu, Anda bisa uninstall plugin yang tak lagi diupdate oleh developer-nya. Kemudian, Anda bisa beralih ke plugin lain dengan maintenance yang lebih mutakhir.
Pasti Anda sudah menunggu jawaban pertanyaan di atas dari tadi. Di antara Drupal vs WordPress, manakah yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda?
Dari tabel di atas, Anda tentunya bisa menebak CMS mana yang paling pas untuk kebutuhan Anda. Namun, untuk menghemat waktu berikut jawaban kami dari pertanyaan sedari awal:
Itu dia keseluruhan artikel Drupal vs WordPress. Semoga bisa membantu Anda menentukan CMS yang tepat untuk proyek website Anda. Sampai jumpa di ulasan dan tutorial berikutnya.
Jasa SEO Solo, Jasa Pembuatan Website Solo, Buat Website Solo, Pembuatan Toko Online Solo, Toko Online Solo, Desain Web Solo, Desain Grafis Solo, Pembuatan Online Shops Solo, Desain Solo, Web Solo, Website Solo, Pelatihan Website Solo, Kursus Web Solo, Kursus SEO Solo
Solo Desain merupakan penyedia jasa pembuatan website terbaik di kota Solo (Surakarta), Jawa Tengah. Kami melayani jasa desain website, jasa web developer, jasa buat toko online, jasa pembuatan website pemerintahan, jasa pembuatan website portal berita, jasa pembuatan website sekolah, jasa pembuatan website hotel, jasa pembuatan website rumah makan, jasa pembuatan website properti, jasa pembuatan website wisata, jasa optimasi SEO dll. GRATIS DOMAIN dan HOSTING.
Solo Desain adalah pusat tempat Kursus Website, web design, SEO, optinasi website, sosial media marketing dll. Kursus web design dan optimasi website di Solo Desain Anda akan mampu membuat dan mendesign website profesional. Telah banyak lulusan Solo Desain yang web design nya bagus dan profesional.